Penyebab Anak Stres Tanggapan Sikap Orang Renta | Terlalu Sering Melarang Anak Justru Membebani Anak .

PENYEBAB ANAK STRES AKIBAT PERILAKU ORANG TUA PENYEBAB ANAK STRES AKIBAT PERILAKU ORANG TUA | Terlalu Sering Melarang Anak Justru Membebani Anak .PENYEBAB ANAK STRES AKIBAT PERILAKU ORANG TUA | Terlalu Sering Melarang Anak Justru Membebani Anak. Siapa bilang hanya orang cendekia balig cukup akal saja yang dapat terjangkit stres? Anak-anak pun bisa. Biasanya orang cendekia balig cukup akal terjangkit stres alasannya yaitu duduk perkara pekerjaan, keuangan dan lainnya. Bagaimana dengan anak, apa pemicu stres mereka?

"Faktor penyebab anak menjadi stres yaitu sikap dari orangtuanya sendiri," tukas Rustika Thamrin, Spsi, CHt, CI, MTLT, psikolog dari Brawijaya Women and Children Hospital kepada Kompas Female, ketika talkshow "How to be a Healhty & Productive Career Women" di Thamrin Nine, Jakarta Pusat, Jumat (27/1/2012) lalu.

Menurut Rustika ada beberapa sikap orangtua yang tidak disadari dapat mengakibatkan tekanan pada anak, yang pada kesannya mengakibatkan stres. Berikut beberapa penyebabnya:

1. Melarang anak menangis
Semua orangtua niscaya ingin anaknya menjadi anak yang hebat. Namun seringkali orangtua tidak menyadari bahwa kata-kata motivasi yang diberikan justru membebani anak, dan mungkin saja menciptakan mereka menjadi stres. "Beban dan tekanan ini terutama dialami oleh anak pria dibanding perempuan, alasannya yaitu di kultur Indonesia pria itu dianggap mahluk yang paling besar lengan berkuasa sehingga tidak boleh menunjukkan kelemahannya sedikit pun," ungkapnya.

Pola pikir bawah umur dan cendekia balig cukup akal berbeda. Anak, terutama pada balita, hanya akan menyerap kata-kata yang terdengar, dan belum dapat memprosesnya dengan tepat menyerupai yang dilakukan orang dewasa. Misalnya, ketika anak terjatuh dari sepeda dan kemudian menangis. Jika yang terjatuh yaitu anak perempuan, orangtua biasanya akan membiarkannya untuk menangis. Tetapi ketika yang mengalami yaitu anak laki-laki, orangtua niscaya akan melarangnya menangis diiringi pesan, "Kamu tidak boleh menangis", "Kamu kan laki-laki, tidak boleh cengeng", atau "Kamu kan anak pria yang kuat, luka ini tidak ada apa-apanya."

Sekilas, tak ada yang salah dengan kalimat tersebut, alasannya yaitu tujuannya memotivasi anak untuk tidak cengeng. Namun, ketika diserap oleh otak anak, kalimat ini akan mempunyai arti yang berbeda. Kalimat tersebut akan diterima sebagai sebuah perintah, yang akan selalu ada di otak mereka hingga dewasa. Masuknya perkataan ini ke otak anak akan menciptakan anak selalu menahan tangisnya, dan memendam perasaan sedihnya. Hal inilah yang menciptakan anak menjadi stres. "Tidak heran jikalau pria jarang dan aib menangis, alasannya yaitu dari kecil sudah dijejali dengan perkataan menyerupai itu. Padahal orang sah-sah saja untuk menangis dan mengeluarkan perasaan mereka," tambah Rustika. Menangis boleh saja, yang harus dikontrol yaitu frekuensinya.

2. Perilaku orangtua tidak konsisten
Menurut penelitian, bawah umur usia 1-7 tahun akan lebih gampang menyerap aneka macam hal di sekitarnya melalui bahasa badan seseorang (90 persen), intonasi bunyi (7 persen), dan kata-kata (3 persen). "Orangtua yang plin-plan akan menciptakan anak kebingungan, dan kesannya stres alasannya yaitu orangtuanya tidak konsisten," tambahnya. Seharusnya orangtua bersikap tegas dalam mendidik anak, dan antara suami dan istri berhubungan biar tercapai kata sepakat. Misalnya, anak dieksekusi ketika melaksanakan sebuah kesalahan. Namun ketika ia mengulangi kesalahannya, orangtua tidak menghukumnya. Bahasa badan orangtua yang tidak konsisten ketika menghadapi duduk perkara yang sama, menyerupai kadang bersikap galak dan kadang baik, akan menciptakan anak tertekan.

3. Membeda-bedakan anak
Banyak orangtua yang secara tak sadar membeda-bedakan anaknya. Meski dalam perbuatan tidak terlalu terlihat, namun intonasi bunyi yang turun naik ketika menghadapi abang dan adik akan menciptakan anak mencicipi adanya pembedaan sikap orangtua. "Ketika adik abang berkelahi, biasanya nada bicara orangtua akan lebih lembut ke adik dibanding kakak, alasannya yaitu mengganggap bahwa abang yang sudah lebih cendekia balig cukup akal harus mengalah," bebernya. Intonasi bunyi yang berbeda ketika menghadapi abang dengan nada yang keras, dan adik dengan nada yang lembut, akan menciptakan si abang merasa si adik lebih disayang dan ia pun menjadi tertekan.

4. Labeling pada anak
Salah satu yang paling berbahaya yang dilakukan orangtua kepada anak yaitu memberi label atau cap kepada anak. Kata-kata seperti, "Dasar kau anak pemalas", atau "Kamu kegemukan, makanya pakai baju apa saja tidak ada yang cocok", atau "Kamu kok lemot sih, nggak pinter menyerupai kakakmu?". Hati-hati, labeling, apalagi yang diiringi dengan tindakan membanding-bandingkan anak, tak hanya menciptakan anak merasa tertekan, tetapi juga mengalami luka batin yang akan terbawa hingga ia dewasa.

5. Terlalu sering melarang
Ketika anak berusia 4-6 tahun, anak sedang berada dalam zona kreatif dengan peningkatan rasa ingin tahu dan ingin berguru yang sangat tinggi. Namun, sikap kreatif anak dan daya ekplorasinya dianggap sebagai kenakalan orangtua, kemudian berusaha membatasi gerak mereka. "Jangan main di sana", atau "Jangan dipegang-pegang!", dan masih banyak kata larangan lain yang dipakai orangtua untuk membatasi kreativitas anak. Meski mempunyai tujuan yang baik biar si anak tidak terluka, namun kata-kata "jangan" dan "tidak" ternyata dapat menciptakan anak menjadi stres alasannya yaitu mereka tidak bebas untuk melaksanakan apapun.

Gunakan kata-kata lain yang lebih baik untuk mengarahkan anak, sehingga anak akan menerimanya dengan positif. Anak akan mengerti bahwa Anda melarangnya melaksanakan hal tersebut alasannya yaitu berbahaya, dan bukan alasannya yaitu tidak sayang pada anak. "Kalau selalu dilarang, suatu ketika anak dapat mencuri-curi untuk melakukannya ketika Anda tidak tahu," ujar Rustika.


PENYEBAB ANAK STRES AKIBAT PERILAKU ORANG TUA | Terlalu Sering Melarang Anak Justru Membebani Anak . Tips Kesehatan Anak. Bahaya Akibat Anak Stres Berat Akibat Perilaku Orang Tua. Tips Mengetahui Anak Stres.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Posts